Selasa, 04 Desember 2012

Teori Atribusi

bermula dari wawasan bahwa setiap individu mencoba untuk memahami perilaku mereka sendiri dan orang lain bagaimana mereka sesungguhnya berperilaku. 
Teori Atribusi Harold Kelley (1972-1973)
Teori Atribusi yang berkembang pada tahun 1960-an dan 1970-an memandang individu sebagai psikologi amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya. Ia mencoba menemukan apa yang menyebabkan apa, atau apa yang mendorong siapa melakukan apa. Respon yang kita berikan pada suatu peristiwa bergantung pada interpretasi kita tentang peristiwa itu. Teori Atribusi yang dikemukakan oleh Harold Kelley menyatakan bahwa kita menyimpulkan kausalitas internal maupun eksternal dengan memperhatikan tiga hal, yaitu :
Konsensus : apakah orang lain bertindak sama seperti penanggap
Konsistensi : apakah penanggap bertindak yang sama pada situasi yang lain
Kekhasan : apakah orang itu bertindak yang sama pada situasi lain atau pada saat itu saja.
seperti aplikasi berikut. Seorang pengawas pada perusahan kecil, melihat pegawainya tiba2 kelihatan rajin dan dia ingin mengetahui penyebab dari perilaku yang kariawannya tunjukkan saat itu. pengawas itu pun menduga-duga. apakah kariawan ini ingin mencari Muka agar mendapat pujian?, apakah kariawannya menyelesaikan pekerjaannya secepatnya karna pekerjaannya sedang menumpuk padasaat itu?, berbagai macam dugaan muncul dalam pikiran pengawas tersebut.persepsi pengawas pada saat menduga-duga lebih banyak dipengaruhi oleh faktor dalam perilaku psikologisnya sendiri.

Minggu, 02 Desember 2012

Mazhab retorika, perkembangan teori komunikasi

Perkembangan teori komunikasi berawal dari Mazhab Retorika....
Yunani merupakan Negara pertama yang mengembangkan retorika dipelopori oleh Georgias (480-370) yang dianggap sebagai guru retorika pertama dalam sejarah mausia yang mempelajari dan menelaah proses pernyataan antar Manusia. Pengeembangan retorika sebagai seni bicara di Yunani saat itu ketika kaum sofis disaat mengembara dari tempat yang satu ke tempat yang satu, mengajarkan pengetahuan mengenai politik dan pemerintahan. Dalam hal ini kaum Sofis menyatakan bahwa pemerintah harus berdasarkan suara rakyat atau demokrasi yang berarti pemerintah rakyat. Untuk itu diperlukan pemilihan, sehingga dikembangkan seni Pidato, untuk mebujuk khalayak meskipun memutarbalikkan fakta asalkan khalayak tertarik dan tebujuk oleh ajakannya.
Peranan retorika sebagai Ilmu pernyataan antara manusia ditandainya oleh munculnya Dhemonsthenes dan Aristoteles sebagai pakar teoritis yang hingga saat ini masih dijadikan bahan kuliah diberbagai perguruan tinggi. Cicero sebagai pemuka retorikan mengembangkan kecakapan retorika menjadi Ilmu. Sistematika retorika mencakup dua tujuan pokok yang bersifat “suasio” (anjuran) dan “dissuasio” (penolakan).
Retorika, pada abad ke-lima sebelum masehi untuk pertama kali dikenal suatu ilmu yang mengkaji proses pernyataan antar manusia sebagai fenomena sosial ilmu ini dalam bahasa yunani dinamakan “Rhetorike” yang dikembangkan di Yunani Purba, yang kemudian paba abad-abad berikutnya dimekarkan di Romawi dengan nama dlam bahasa latin “Rhetorika” (dalam bahasa inggris “Rhetoric” dan dalam bahasa Indonesia Retorika).
Retorika kontemporer (abad ke-20) retorika kontemporer mengiring pada penunjukan sebuah kenaikan perubahan dalam retorika ketika jumlah jenis dan pengaruh symbol-simbol meningkat. Retorika bergeser focus dari pidato kesemua jenis penggunaan simbol. Periode konterporen juga nampaknya telah kembali pada sebuah pemahaman mengenai retorika sebagai epistemika yang merupaka sebuah cara untuk mengetahui dunia, bukan hanya cara untuk menyampaikan sebuah cara untuk menyampaikan sesuatu tentang dunia.
Retorika pada Zaman Post-Moderenisme (abad ke-21). Abad ini yang menjembatani antara retorika dan post-moderenisme. Ahli-ahli teori Pos-moderen mengistimewakan pendirian akan ras,kelas,gender, dan seksualitas seperti yang tela dijelaskan diatas bahwa persisnya bagaimana tradisi komunikasi dikembangkan dan diteruskan.
Dampak teori komunikasi kritik terhadap perkembangan Ilmu Komunikasi ialah timbulnya kesadaran bahwa komunikasi massa dan media massa harus dipelajari dalam konteks sosial agar dapat diperoleh latar belakang historis ekonomis – politik bagi fenomena Komunikasi Massa.